( Samma-Samadhi )
“ Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa
Salam Damai dan Cinta Kasih … ,
SILA –> SAMADHI –> PANNA
TRITUNGGAL-JALAN-PEMBEBASAN
Ajaran
Sang Buddha sesungguhnya terangkum dalam : SILA, SAMADHI, dan PANNA.
Tritunggal-Pengetahuan inilah Jalan-Pembebasan, menuju berakhirnya
ratap-tangis, berakhirnya dukkha, akhir perjalanan samsara semua
makhluk alam semesta, merupakan satu-satunya jalan menuju “Nibbana”.
Ketiga-tiganya
ini adalah Satu, artinya kita harus menempuh ketiganya, tidak bisa
salah satu diantaranya. Inilah mengapa SILA, SAMADHI, dan PANNA
merupakan “TRITUNGGAL”.
SILA
yang sempurna, akan menghasilkan Konsentrasi sempurna yang berguna bagi
pencapaian kesuksesan (samapati) SAMADHI, yaitu berupa empat Rupa-Jhana
dan empat Arupa-Jhana dan vipassanannana ( pandangan-terang ), dan
Samadhi-Sempurna ini akan menghasilkan pengetahuan tertinggi,
Kebijaksanaan-Sempurna ; PANNA.
Melatih
Samadhi tujuan utamanya adalah mengembangkan sifat-sifat mulia dan demi
pembebasan dari samsara. Seseorang yang mempraktekkan Samadhi haruslah
mempunyai keteguhan hati ( ajjhasaya ), tidak mempunyai sifat kasar
serta tanpa ‘kehausan’ ( kehausan akan keindriyaan ).
Seorang
yogi harus memiliki SILA / moralitas yang sempurna tanpa noda. SILA ini
adalah ‘akar’ bagi kehidupan Samadhi yang benar. Dengan memiliki SILA
yang sempurna, batin seorang Yogi akan menjadi tenang dan damai. Ia
tidak akan mempunyai peraaan resah-gelisah, pikiran-pikiran yang kacau,
takut, dan lain-lain. Apalagi yang harus ditakuti bila kita telah
bertindak benar dan bajik ? Tidak akan ada orang yang menghujat kita
karena kita menjadi seorang pembohong, tidak akan ada debt-collector
yang mengejar-ngejar kita karena kita melarikan sejumlah uang, dan
lain-lain ‘mimpi-buruk’. Bagi seorang yang memegang teguh SILA,
batinnya akan jauh dari ketakutan-ketakutan tersebut. Bila seseorang
tidak memiliki SILA atau mengurangi SILA jangan pernah berharap ia akan
berhasil mencapai ‘kesuksesan’ dalam samadhinya.
Seorang
yogi yang telah memiliki sila yang sempurna dan belum mencapai tingkat
Arahat harus mempraktekkan vipassana-bhavana untuk mencapai pembebasan
; Arahat (
catatan ; tingkat kesucian Arahat hanya bisa dicapai dengan hidup
sebagai seorang petapa yang melepaskan keduniawian ( dalam terminology
Buddhis disebut : ke-bhikkhu-an ), sedang tiga tingkatan dibawahnya : Sotapanna, Sakadagami, Anagami,
bisa dicapai oleh ummat non-Bhikkhu. Saat seseorang mencapai Arahat,
tetapi tidak hidup mem-Bhikkhu, maka ia akan ‘meninggal’, karena batin
yang ‘halus’ menuntut tubuh / cara hidup yang halus pula ).
Bila
seseorang yang baru menempuh ‘kehidupan’ Samadhi dan ingin
mempraktekkan ‘vipassana’ ( Samadhi ‘pandangan-terangan’ ), maka ia
harus bisa mencapai ketenangan pertama (Jhana I). Kekuatan vipassana
ini dapat memotong hawa-nafsu dan segala bentuk kekotoran batin. Jika
seorang siswa / yogi belum mencapai Jhana I maka ia belum berhasil
dalam Samadhi, ini merupakan hukum mutlak.
Jalan Pembebasan
Ada dua ( 2 ) jalan menuju kesucian, yaitu :
1. Sukha-vipassako.
2.
Melalui pencapaian Jhana dari Jhana I hingga Jhana VIII kemudian turun
tahap demi tahap sampai Jhana I untuk kemudian masuk ke vipassana
bhavana.
Cara
yang kedua tersebut dipakai untuk membuktikan adanya ‘kesaktian’, atau
ditempuh oleh Yogi yang memang ingin mempunyai kesaktian.
Sukha
vipassako adalah ajaran khusus yang diberikan Sang Buddha bagi
orang-orang yang kesulitan mencapai Jhana yang disebabkan oleh karena
kurangnya atau tidak adanya jasa paramita dari orang tersebut pada
kehidupan yang lampau. Tidak semua orang bisa mencapai Jhana hingga
Jhana IV ( empat Rupa-Jhana ) apalagi hingga Jhana VIII ( empat
Arupa-Jhana ).
Sukha
vipassako adalah praktek yang mudah untuk menuju pembebasan dan seorang
yogi yang melaksanakan sukha-vipassako tidak tertarik pada ‘kesaktian’.
Seandainya ia mencapai Jhana, hanya Jhana I saja.
Dalam
mempraktekkan vipassana ( pandangan terang ), sukha-vipassako
menggunakan pencapaian ketenangan ( Jhana-samapati ) sebagai dasar
untuk mengetahui ketenangan yang muncul dalam batin atau dapat
dikembangkan menuju vipassana bila batin (citta) ini menuju
Samadhi-tetangga ( upacara-samadhi ).
Hal mendasar yang perlu diketahui dalam praktek sukha-vipassako yaitu :
1. Menjaga sila dengan baik.
2. Melaksanakan ‘vipassana-samadhi’ dengan dasar Jhana pertama.
Orang yang melaksanakan Samadhi ( baik sukha-vipassako maupun yang melalui proses Jhana hingga Jhana VIII )
harus berdisiplin tinggi sehingga ia akan mencapai Kebebasan. Seorang
yogi yang mempraktekkan sukha-vipassako akan mencapai kebebasan tanpa
‘kekuatan batin istimewa’. Ia hanya akan menjadi seorang Arahat, orang
yang telah sempurna.
Pada
kesempatan ini saya akan membahas Jhana-Jhana dan keistimewaan yang
dihasilkan olehnya, yaitu yang berupa ‘kekuatan-batin’ / kesaktian.
Enam ( 6 ) Kekuatan Batin ( Abhinna )
Enam
kekuatan batin ( abhinna ) merupakan dhamma yang istimewa, bagi para
yogi yang melatih diri secara khusus untuk memperolehnya. Lima kekuatan
batin yang pertama diperoleh dari hasil praktik ‘Rupa-Jhana’, yaitu
Jhana I hingga Jhana IV. Kelima kekuatan batin tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Iddhividdhi
: Berbagai jenis kekuatan batin , seperti : menciptakan diri sendiri
menjadi banyak dalam rupa yang sama dan merubah diri kembali dari
banyak menjadi satu, berjalan diatas air, berjalan di udara, melayang
di udara, melunakkan batu, mendatangkan hujan di daerah tandus /
kemarau panjang, menciptakan api, menciptakan sinar untuk melihat dalam
gelap, melihat jarak jauh siang maupun malam, menghangatkan cuaca di
tempat yang dingin, meringankan tubuh sehingga dapat mengikuti arus
angin, mendatangkan angin ditempat yang ‘kurang-angin’, melihat
benda-benda yang terhalang oleh sekat seperti tembok, melihat
barang-barang yang ditutupi dalam suatu tempat ( penglihatan tembus
ruang ), dan lain-lainnya.
2. Dibbasota
: Mendengar suara dari jarak jauh, tidak terhalang batas ruang dan
waktu, termasuk mendengar suara-suara dari alam lain, baik alam surga
maupun neraka.
3. CutupataNana : Mengetahui kelahiran dan kematian semua makhluk hidup.
4. CetopariyaNana : Dapat membaca pikiran / hati orang dan makhluk lain.
5. Pubbenivasanu-ssati : Mengingat kehidupan lampau.
Adapun
kekuatan batin yang keenam adalah kekuatan ‘pandangan-terang’ (
vipassanannana ), yaitu kemampuan mengikis habis kekotoran batin (
asavakayanana ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar